Studi kasus eksplorasi konsep modul 3.1

 studi kasus 1


studi kasus 2


studi kasus 3


studi kasus 4


studi kasus 5


studi kasus 6


studi kasus 7


studi kasus 8 

Ina adalah siswa kelas 11. Untuk merayakan kenaikan kelas ke kelas 12, Ina dan beberapa temannya akan berkumpul bersama di rumah temannya dan menonton film-film drama Korea dari salah satu laptop teman-temannya. Kebetulan di rumah temannya tersebut, orang tuanya akan pergi seminggu tugas ke luar kota, jadi Ina dan teman-temannya sangat bergembira bisa mendapatkan kesempatan untuk bersama di akhir tahun ajaran. Untuk membiayai ‘pesta kenaikan kelas kecil’ di rumah temannya tersebut, Ina dan teman-temannya sepakat untuk membayar 100,000,- setiap orang. Ina pun telah memberitahu ibunya bahwa dia akan menggunakan uang untuk perayaan kenaikan di rumah temannya. Namun ibunda Ina berubah pikiran karena merasa uang sebesar Rp. 100,000,- bisa digunakan untuk membayar buku-buku dan seragam Ina di kelas 12 nanti. Akhirnya ibunda Ina melarang Ina pergi dan meminta Ina untuk menggunakan uang untuk membeli seragam dan buku-buku sekolah yang diperlukan. Ina rupanya tetap ingin merayakan pesta kenaikan kelas di rumah temannya, ia pun telah menabung sekian bulan dari uang jajannya untuk bisa menyisihkan uang 100,000,-. Akhirnya malam itu Ina tetap pergi ke rumah temannya namun izin untuk bikin tugas kelompok kepada ibunda. Ina hanya memberitahu adiknya, Zahra bahwa dia sesungguhnya pergi ke rumah temannya dan menghabiskan uang 100,000,- untuk merayakan kenaikan kelas. Setelah sekian bulan, ibunda Ina tiba-tiba menanyakan ke Zahra, apakah dia mengetahui apakah kakaknya telah membayar uang sekolah. Apakah yang akan dikatakan Zahra, mengapa? Prinsip apa yang diambil?

studi kasus 9


 studi kasus 10 



Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:

  1. Apa keputusan yang Anda ambil?
  2. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?
  3. Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus Anda.
    1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
    2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?
    3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?
    4. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

  • Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
  • Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
  • Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
  • Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
  • Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
  2. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai
  3. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
  4. Apa keputusan yang akan Anda ambil?
  5. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Selanjutnya, di bawah ini adalah beberapa pertanyaan pengayaan, CGP dapat memilih 2 (dua) dari 4 (empat) pertanyaan berikut untuk dijawab berdasarkan analisis studi kasus CGP diatas. 

  1. Dari kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, apakah ada langkah-langkah yang Anda anggap  lebih penting daripada langkah lainnya, mengapa?
  2. Selain kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, menurut Anda apa lagi yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dalam memastikan keputusannya adalah keputusan yang tepat?
  3. Bila Anda menerapkan 9 langkah tersebut, apakah dapat dipastikan bahwa keputusan yang Anda ambil akan bisa mengakomodasi semua pemangku kepentingan (stakeholder) sekolah? Mengapa?
  4. Menurut Anda, bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan budaya sekolah dalam pengambilan keputusan di dalam situasi dilema etika?

ANALISIS STUDI KASUS

a)      Keputusan yang saya ambil adalah : Menanyakan kepada seluruh siswa tentang keberadaan contekan di kamar mandi dan siapa yang menaruhnya? Jika tidak ada yang mengaku, saya akan mengajak siswa yang memiliki peluang besar untuk mencontek (yakni kedua siswa yang meminta ijin ke kamar mandi secara bergantian) untuk berbicara pada ruang tertutup tentunya dengan mneyampikan terlebih dahulu sisi negatif jika kita mencontek.

b)      Prinsip yang saya gunakan Berpikir Berbasis Peraturan karena pada situasi ini, peraturanlah yang telah dilanggar. Pada saat ujian, siswa tidak diperkenankan untuk mencontek.

c)      Sembilan langkah pengambilan keputusan yang dilakukan

1)      Nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus tersebut adalah

Ø  Siswa yang mencontek telah melanggar aturan

Ø  Apabila langsung ditegur, maka siswa tersebut akan malu, dan dapat menimbulkan dampak psikologis yang buruk bagi siswa

2)      Yang terlibat dalam situasi tersebut adalah guru pengawas ujian dan siswa yang mengikuti ujian

3)      Fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut adalah :

Ø  Siswa sedang mengikuti ujian dan diawasi oleh seorang guru

Ø  Ada siswa yang bergantian ijin ke toilet

Ø  Guru pengawas merasa curiga sehingga ke toilet untuk mengecek situasi

d)      Pengujian benar salah dalam situasi tersebut

1)      Uji legal : ada aspek pelanggaran hukum (tata tertib seolah dalam situasi tersebut, yakni siswa mencontek)

2)      Uji regulasi : ada pelanggaran kode etik profesi jika Ibu Guru tidak menegur siswa yang mencontek

3)      Uji intuisi : dengan menegur siswa, saya merasa benar, karena mencontek itu tidak baik

4)      Saya merasa tidak masalah jika keputusan saya dipublikasikan di koran atau media sosial karena saya pikir saya sudah bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku

5)      Saya pikir panutan/idola saja juga akan mengambil keputusan yang sama. Sebab biasanya saya mengiodalakan seseorang yang memiliki jalan pikiran yang mirip dengan saya.

e)      Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma yang terjadi pada situasi tersebut adalah individu lawan masyarakat. Individu yang dimaksud adalah siswa yang mencontek, dan masyarakat adalah siswa lainnya yang mengikuti ujian tersebut. Bisa juga paradigma yang terjadi adalah keadilan lawan kasihan. Keadilan, karena jika kasus ini tidak diproses maka akan menjadi ketidakadilan bagi siswa yang mencontek. Sedangkan jika diproses kemungkinan siswa yang mencontek akan bibully oleh lingkungannya (kasihan)

f)       Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip yang dipakai adalah berpikir berbasis peraturan, sebab yang dilanggar pada kasus ini adalah peraturan sekolah, yakni tidak boleh mencontek pada saat ujian

g)      Ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma) yakni menyelesaikan masalah ini dengan menerapkan coaching model TIRTA pada saat berdiskusi dengan 2 siswa yang ke kamar mandi secara bergantian. Dengan coaching ini diharapkan siswa tersebut mampu menggali dan mengenali potensi dirinya sehingga ia lebih percaya diri dan akhirnya tidak lagi mencontek

h)      Keputusan yang akan saya ambil : saya akan memproses kasus ini dengan mencari tahu siapa yang menaruh contekan di kamar mandi, dan jika sudah ditemukan, saya akan menerapkan coaching model Tirta dengan pelaku

i)       Setelah saya lihat lagi, saya merasa saya telah mengambil keputusan yang bertanggungjjawab dan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Semoga keputusan ini dapat diterima dengan baik oleh banyak orang.

 

JAWABAN PERTANYAAN PENGAYAAN

1)      Dari kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, apakah ada langkah-langkah yang Anda anggap  lebih penting daripada langkah lainnya, mengapa?

Dari kesembilan langkah tersebut, langkah yang saya anggap lebih penting dari langkah lainnya adalah pengujian benar atau salah melalui uji legal, regulasi, intuisi, publikasi dan uji panutan. Saya rasa proses uji ini mencakup semua langkah lainnya. Uji legal bisa dilakukan mengenali nilai yang bertentangan serta fakta-fakta yang relevan dengan situasi (langkah 1 dan 3). Uji regulasi dapat dilakukan salah satunya dengan menentukan siapa yang terlibat (langkah 2), paradigma yang digunakan (langkah 5) serta prinsip resolusi yang dipilih (langlah 6). Uji intuisi dapat membantu melejitkan investigasi opsi trilema (langkah 7). Uji publikasi dan uji panutan membantu kita untuk melihat lagi keputusan dan merefleksikannya (langkah 9) sehingga kita lebih yakin dengan keputusan yang dibuat pada langkah 8.

4. Menurut saya hubungan antara nilai-nilai dan budaya sekolah dalam pengambilan keputusan di dalam situasi dilema etika sangat erat. Nilai-nilai dan budaya sekolah hendaknya mendasari dalam proses pengambilan keputusan serta memperkuat keputusan yang telah dibuat. Misalnya pada kasus mencontek ini. Jika di sekolah memang sudah dibiasakan siswanya untuk mencontek (guru tidak peduli pada siswa yang mencontek) maka seberapapun usaha yang dilkukan untuk menegur ataupun memberi sanksi siswa yang mencontek akan sia-sia saja arena kontrol lingkungan tidak ada. Sebaliknya jika sekolah dengan tegas menolak budaya mencontek dan semua guru kompak dan serempak dalam mengakkan aturan tersebut, niscaya pengambilan keputusan itu akan berdampak positif pada siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar