Refelksi Terbimbing modul 2.3 (Coaching)

1.  Sebelum mempelajari modul ini, saya pikir bahwa coaching itu semacam latihan dalam kegiatan olahraga ataupun ekstrakurikuler. Memberi latihan-latihan untuk mencapai tujuan. Terkait dengan profesi saya sebagai guru, coaching bagi saya alah melatih murid dengan soal-soal fisika. Memberikan siswa soal dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. Coaching ini identik dengan pelatihan bagi siswa yang akan mengikuti olimpiade misalnya. Saya pikir membina siswa untuk persiapan lomba apapun adalah coaching.

Saya merasa bahwa coaching dilakukan jika ada lomba baik olimpiade, porseni, ataupun kegiatan lomba  lainnya. Coaching terjadi jika guru memberikan perhatian yang lebih dalam pada siswa khususnya terkait dengan pengembangan keterampilan akademis ataupun minat dan bakatnya. Terkait dengan kondisi sosial emosional siswa, saya merasa bahwa guru BK yang layak melakukan coaching karena mereka pasti sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait coaching yang diperoleh selama masa kuliah.

2. Setelah mempelajari modul ini, saya pikir bahwa coaching adalah keterampilan yang perlu dimiliki para pendidik untu menuntun dan memberdayakan potensi yang dimiliki murid agar tidak kehilangan arah dan membahayaan dirinya sehingga  murid terbantu dalam mencapai merdeka belajar.

Saya merasa bahwa coaching benar-benar memposisikan murid sebagai mitra belajar guru. Proses coaching membuka ruang komuniasi yang lebih bebas antara guru dan murid sehingga murid menemukan kekuatan kodratnya dan potensi dirinya. Proses coaching juga dapat membangun rasa percaya antara guru dan murid melalui pertanyaan dan pernyataan reflektif untuk menguatkan kodrat murid.

Coaching merupakan proses yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial emosional siswa. Proses coaching, melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dapat membuat murid berpikir lebih kritis dan mendalam sehingga mengaktivasi kerta otak murid yang tentunya akan  bermuara pada pengembangan kemampuan kognitif. Interasi edukatif yang terbangun selama proses coaching tentunya berdampak positif pada pengembangan keterampilan sosial emosional siswa.

3. Dari teknik keterampilan coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah Teknik Bertanya efektif. Karena sangat sulit bagi saya untuk mengajukan pertanyaan yang menggugah coachee agar tidak sekedar menjawan dengan respon pendek seperti "ya" atau "tidak".  Saya juga kesulitan dalam menstimulasi pemikiran coachee agar mau mengungkapkan emosi dan memunculkan nilai dalam dirinya. 

Terkadang, dalam bertanya saya juga cenderung mengarahkan sehingga jawaban yang diberikan coachee sesuai dengan harapan saya sebagai coach, bukan sesuai dengan harapan coachee.


4. Kendala yang saya hadapi ketika melakukan pendampingan dengan pendekatan  coaching dalam Komunitas Praktisi adalah 

(a) Jarang ada yang terbuka dengan permasalahan atau kegelisahan yang dialami. Sebagai coach saya juga belum terlalu mampu dalam mengidentifikasi rekan atau murid yang memerlukan coaching

(b) Masih melekatnya stigma bahwa BK atau guru BK merupakan tempat mnegadukan permasalahan di luar pelajaran di sekolah, sehingga pendampingan ini agak jarang bisa dilakukan

(c) Pada saat mempraktekkan coaching, coachee cenderung merasa di interograsi, mungkin karena teknik bertanya saya yang kurang baik

5. Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah (a) Melatih keterampilan bertanya

(b) Memperbanyak komunikasi langsung dengan rekan ataupun murid. Misalnya dengan memperbanya aktivitas 'ngobrol' sehingga secara tidak langsung coaching itu mengalir dengan sednirinya

(C) meningkatkan kepedulian atau kepekaan terhadap lingkungan sekitar

(d) mencoba untuk ikut masu ke dalam dunia coachee, menyamakan frekuensi dengan coachee dan membuka pintu hati mereka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar