Ilustrasi diadaptasi dari tautan ini
Perjalanan
pendidikan guru penggerak ini ditandai dengan perpindahan posisi dari satu
modul ke modul lainnya. Ada banyak cerita yang terukir dalam setiap modul dan
ada jalinan yang sangat erat antara modul satu dengan yang lainnya. Mereka
saling berhubungan dan memberikan kami pondasi yang erat dalam menjalankan
peran sebagai guru yang akan mengantarkan murid menuju kemerdekaannya, “menuju
manusia merdeka”.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara
dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pemikiran
filosofos Ki Hajar Dewantara mengawali perjalanan kami dalam Pendidikan Guru Penggerak
ini. Kami dikenalkan dan diajak untuk membumikan pemikiran beliau dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah Pratap Triloka. Pratap Triloka merupakan
filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sangat penting dalam konteks
sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin
pembelajaran. Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing
ngarso sung tulodo (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri
handayani.
Ing ngarso sung
tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin
(guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang
dipimpinnya. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya.
Ing madya mangun
karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa
bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Guru diharapkan mampu menjadi
rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu
mengetahui kebutuhan belajar murid. Coaching dan pembelajaran berdiferensiasi
dapat dilakukan untuk membumikan peran ini. Melalui coaching, guru dapat
membantu murid menggali dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki sehingga murid
dapat mengambil keputusan dalam setiap dilema etika yang dihadapi dengan arif
dan bijaksana nantinya. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat
memenuhi kebutuhan belajar muridnya.
Tut wuri
handayani yaitu memberi kesempatan kepada murid untuk maju dan berkembang.
Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran
murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan
motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju
serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Ketika murid
sudah mengenali bakat dan potensinya melalui coaching, maka nilai-nilai yang
diyakininya akan semakin tertanam kuat. Nilai-nilai inipun kemudian
mempengaruhi cara dan prinsip pengambilan keputusan sebab pengambilan suatu
keputusan sangat dipengaruhi oleh pribadi seseorang yang terlibat dalam sebuah
keputusan yang akan dibuat. Kepribadian ini berhubungan erat dengan ideologi
dan nilai yang dimiliki seseorang, lebih personal dalam memikirkan bagaimana
keputusan diambil segera.
Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Dari
keterkaitan dan keterikatan di atas, tampak bahwa coaching cukup berperan dalam
pendidikan guru penggerak. Pada proses coaching,
coach (Bapak Fasilitator dan Pengajar Praktik) senantiasa melakukan tahap diskusi
kepada coachee dalam hal ini guru sebagai sasaran untuk mendukung potensi yang
dimiliki guru melalui interaksi dan komunikasi yang positif sehingga guru dapat
menerima materi dengan baik. Coaching merupakan bentuk intervensi pengembangan
potensi individu yang berfokus pada target yang spesifik, melalui percakapan dan
observasi.
Khususnya pada
modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, coaching
yang dilakukan melalui diskusi sangat membantu kami dalam menganalisis kasus-kasus
yang diberikan. Walaupun pengujian efektifitas keputusan yang diambil memerlukan
waktu yang lama (apalagi jika menyangkut banyak pihak), namun setidaknya
keputusan yang diambil sudah berdasarkan pada nilai kebajikan universal, tanggung
jawab, dan berpihak pada murid. Melalui percakapan yang ada pada sesi coaching,
seseorang dapat merefleksikan kembali keputusan yang telah dibuat, apa yang
terjadi dengan keputusan tersebut, apakah efektif atau tidak, dan bagaimana
langkah selanjutnya atau keputusan baru yang dianggap sebagai solusi dari
dilema etika yang dihadapi.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Coaching
merupakan faktor eksternal yang dapat dioptimalkan dalam rangka membantu proses
pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Selain faktor eksternal,
tentunya ada faktor internal. Faktor
internal dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya. Seseorang yang menyadari aspek sosial emosional
dalam dirinya, berarti dia ada dalam keadaan kesadaran penuh. Mindfullness. Mindfullness
berkontribusi dalam menumbuhkan kecerdasan emosi dengan memahami emosi diri
sendiri, emmbantu memahami emosi orang lain, dan meningkatkan kekuatan untu
mengelola emosi, sehingga tak lepas kendali dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Dalam konteks
pembelajaran di sekolah yang terkait dengan hubungan guru dan murid, penyelesaian
kasus dilema etika atupun bujukan moral tidak ada benar dan salahnya. Semuanya
tergantung pada situasi dan kondisi pada lingkungan sekolah. Tergantung pada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Dalam mengambil
keputusan, kita mengenal tiga prinsip yang dapat kita ambil yaitu Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya
berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Prinsip yang
diambil cenderung mengikuti nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang.
Misalnya, seseorang guru yang memiliki nilai empati yang tinggi, rasa kasih
sayang dan kepedulian cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking). Sedangkan seseorang guru yang memiliki nilai diri
mandiri, jujur, dan komitmen yang kuat untuk taat pada peraturan cenderung
memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Seseorang
guru yang tidak egois, reflektif, kolaboratif
dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman ?
Selain faktor
eksternal dan internal tersebut di atas, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan
yaitu nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab, dann kepentingan murid.
Dengan memperhatikan hal tersebut diharapkan sehingga keputusan yang diambil
dapat mengembangkan segala kodrat yang melekat pada murid seperti minat, bakat
serta potensi yang dimilik. Nilai-nilai baik yang dianut seorang pendidik akan
menghasilkan keputusan yang positif terhadap kepentingan murid dan juga
pembelajaran, sekolah dan tentunya akan bermuara pada peningkatan kualitas
pendidikan yang dihasilkan.
Selanjutnya,
apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Di dunia ini, tentu
tidak ada yang sempurna, tidak ada yang selalu berjalan mulus, termasuk dalam
pengambilan keputusan. Ada beberapa kesulitan. Seringkali kesulitan itu muncul
dari lingkungan kita sendiri. Dari pihak yang terlibat, perbedaan paradigma
berpikir, perbedaan skala prioritas dan nilai atau budaya masyarakat yang berlaku
dan masih minimnya pengalaman dalam dunia pendidikan. Semakin banyak nya
seseorang tersebut mengambil keputusan maka ia akan berani dalam mengambil
keputusan dan hal ini juga berkaitan dengan keahlian yang dimiliki oleh
pemimpin atau skill yang ia miliki karena pengalaman yang pernah dialaminya
Dan pada
akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Guru adalah faktor penentu tercapainya
pembelajaran yang memerdekakan. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai
tujuan tersebut selalu dihubungkan dengan kiprah para guru dalam mengambil
keputusan yang terkait dengan proses pembelajaran. Baik itu model, metode,
pendekatan, alat, media, dan penilaian yang digunakan hendaknya selalu berfokus
pada satu tujuan merdeka belajar.
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Setiap keputusan
yang diambil guru dalam proses pembelajaran berdampak pada masa depan muridnya.
Bukan hanya dampak jangka pendek, tetapi dampak jangka panjang. Ketika guru memutuskan untu memberi hukuman
fisik pada murid yang bersalah, maka kenangan buruk itu akan selalu diingat
sepanjang hidupnya sebab yang paling murid ingat dan yang paling bertahan lama
di ingatan mereka adalah “RASA”. Mereka akan lebih mengingat apa yang mereka
rasakan dibanding apa yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran, sangatlah penting untuk guru menguji efektivitas keputusan pada
diri sendiri terlebih dahulu dengan mencoba untuk memposisikan diri sebagai murid.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Proses Pembelajaran akan terjadi manakala terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan timbal balik ini merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge, akan tetapi juga transfer of value. Transfer of knowledge dapat diperoleh murid dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan murid. Akan tetapi transfer of value hanya akan diperoleh murid melalui guru yang menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis dari guru dan siswa. Transfer of value juga dapat dilakukan dengan sharing, coaching, penerapan budaya positif, pembelajaran sosial emosional, dan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media manapun.
Dengan demikian guru adalah media yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran siswa. Keterkaitan dan keterikatan antar modul dalam Pendidikan Guru Penggerak ini melengkapi kami, Calon Guru Penggerak untuk bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan, menuju merdeka belajar. Merdekaaaa!
Setuju sekali, transfer of value sangat penting dalam pembelajaran. Semoga pandemi segera berakhir sehingga transfer of value ini bisa dilakukan secara langsung
BalasHapusTerimakasih Ms Megi
HapusKeren bu Rina....memang menginspirasi
BalasHapusSangat menginspirasi tulisan dari Bu Rina, tetap semangat untuk menulis, bergerak dan terus bergerak
BalasHapusSangat menginspirasi. Tetap semangat dan terus berkarya Bu Rina.
BalasHapus