Aksi Nyata Modul 1.1

 TRIMONG

Sebuah Aksi Sederhana Tetapi Bermakna

 1.1  Latar Belakang

Fisika masih menjadi momok bagi siswa. Terlalu banyak rumus, membosankan, rumit, sulit, dan abstrak merupakan beberapa stigma yang melekat pada Fisika. Stigma tersebut semakin melekat erat di situasi pandemi saat ini. Siswa semakin jenuh belajar Fisika. Bahkan pada masa awal tahun pelajaran baru ini, siswa “kompak” menggunakan foto profil seperti Gambar 1, yang menujukkan betapa jenuhnya mereka mengerjakan tugas saat belajar daring.

 

Gambar 1 Foto Profil WhatsApp Siswa

      Fakta tersebut menunjukan bahwa siswa belum bahagia saat belajar.  Padahal, menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan bertujuan untu menuntun segala kodrat yang ada pada siswa agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ini berarti, sebagai seorang guru saya belum bisa mewujudkan tujuan tersebut.

      Refleksi, adalah langkah yang saya lakukan untuk “mengenang” kembali proses pembelajaran yang dilakukan selama ini. Pembelajaran Fisika yang saya lakukan selalu berorientasi pada keinginan saya sebagai seorang guru. Saya ingin siswa mengerti dan paham semua materi yang dibahas, mengumpulkan tugas tepat waktu,  dan memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu, saya drill mereka dengan soal-soal latihan melalui pemberian tugas yang tiada henti. Bentuk tugasnyapun seragam. Menjawab soal yang tersemat pada google form.  Sebagian besar soal dan permasalahan yang diberikan kepada siswa adalah soal yang cenderung matematis dan tidak kontekstual. Pelatihan Guru Penggerak ini kemudian menuntun saya untuk megeksplorasi kembali pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan dalam upaya menghapus stigma yang melekat pada Fisika dan membuat siswa merasa bahagia saat belajar.

Sistem pendidikan yang dikedepankan Ki Hajar Dewantara yakni cara Trimong (momong, among, dan ngemong). Kata Momong dalam bahasa Jawa berarti merawat dengan penuh ketulusan dan penuh kasih sayang serta mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan atau membiasakan melakukan hal-hal yang baik disertai dengan doa dan harapan. Hasil didikan dan kasih sayangnya membuat anak menjadi anak yang baik dan senantiasa berada pada jalan kebenaran. Among dalam bahasa Jawa berarti memberikan contoh tentang baik buruk tanpa harus mengambil hak anak agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana bathin yang merdeka sesuai dengan dasarnya. Ngemong dalam bahasa Jawa berarti proses untuk mengamati, merawat, dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya, bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya. Trimong inilah yang akan dijadikan dasar dalam melakukan aksi nyata terkait implementasi pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran. Mari beraksi!

 

1.2  Deskripsi Aksi Nyata

Perencanaan merupakan hal yang esensial dan wajib hukumnya dilakukan saat hendak beraksi. Perencanaan yang baik, setidaknya dapat mengantisipasi atau meminimalisir permasalahan-permasalahan yang nantinya akan muncul, sehingga pembelajaran berjalan normal dan keberhasilan pembelajaran tercapai. Perencanaan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis. Oleh karena itu, pada bagian deskripsi aksi nyata kali ini, akan diawali dengan perencanaan aksi nyata dan dilanjutkan dengan langkah implementasinya.

Trimong

Rencana

Implementasi

Momong

(merawat dengan mentransformasikan kebiasaan baik)

Membiasakan siswa berdoa sebelum pembelajaran dimulai

Menunjuk salah seorang siswa untuk memimpin doa saat pembelajaran daring

 

Membiasakan siswa dengan etika berkomunikasi yang baik

Berusaha untuk selalu membalas chat  siswa,  menggunakan bahasa yang sopan, menyarankan siswa untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, dan sekaligus memotivasi siswa

Among

(memberikan contoh tentang baik buruk tanpa harus mengambil hak anak)

Ø  Membuka pelajaran dengan pertanyaan keseharian yang dekat dengan dunia siswa

Ø  Memotivasi siswa untuk belajar dengan menyampikan keterkaitan materi dengan kahidupan sehari-hari

Ø  Mengaitkan materi ajar dengan nilai-nilai karakter

Ø  Mengaitkan materi ajar dengan nilai-nilai budaya

Ø  Membuka pelajaran dengan menanyakan hal positif apa yang telah dilakukan selama ini

Ø  Memaparkan manfaat materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

 

 

Ø  Identifikasi topik-topik pada materi yang bermuatan karakter

Ø  Identifikasi kondisi sosial budaya di sekitar siswa yang terkait dengan materi.

Ngemong (proses untuk mengamati, merawat, dan menjaga agar siswa dapat berkembang, bertanggung jawab dan disiplin sesuai dengan kodratnya

Ø  Menyiapkan slide presentasi/bahan ajar yang menarik agar siswa senang dalam belajar

Ø  Menggunakan analogi untuk menjelaskan sesuatu

 

 

Ø  Memberikan ruang berekspresi yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kodratnya

Ø  Merancang agar suasana pembelajaran seperti suasana bermain sesuai kodrat siswa yang senang bermain

Ø  Melibatkan siswa dalam proses penilaian

 

 

Ø  Melibatkan siswa dalam menentukan proses pembelajaran yang diinginkan

Ø  Menggunakan aplikasi-aplikasi interaktif dalam pembuatan slide/ bahan ajar

 

Ø  Upgrade  dan update  informasi untu menambah wawasan sehingga dapat mempermudah dalam melakukan analogi

Ø  Merancang penugasan dengan beragam tagihan yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensinya

  

Ø  Mengintegrasikan game  edukatif dalam pembelajaran

 

 Ø  Memberikan siswa untuk memilih bentuk soal penilaian harian yang diinginkan

 

Ø  Menjadikan kegiatan refleksi sebagai rutinitas

 1.3  Hasil Aksi Nyata

Beraksi dengan Trimong ini mulai diimplementasikan pada akhir bulan Agustus 2021 pada pembelajaran Fisika kelas XII MIA (Materi Listrik Statis).  Hampir sebulan menerapkan sesuatu yang ‘baru’ ini, ternyata siswa sangat antusias. Berikut hasil yang diperoleh dari aksi nyata ini.

1.      Bertumbuhnya Keimanan dan Ketakwaan siswa melalui pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Bahkan pada pertemuan kedua, siswa sendiri yang berinisiatif untuk memimpin doa tanpa harus menunggu petunjuk guru.

2.      Bertumbuhnya Akhlak Siswa yang diindikasikan dengan adanya etika dalam komunikasi berbasis aplikasi WhatsApp. Biasanya siswa selalu mengawali chat dengan “P” bahkan jika terlambat dibalas, mereka mengirim “P” berkali-kali. Namun semenjak ada pembiasaan-pembiasaan positif yang dilakukan dalam momong ini, kebisaan tersebut cenderung berkurang bahkan hilang. Mereka mulai secara sadar untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu saat berkomunikasi. Bertumbuhnya akhlak siswa ini juga difasilitasi dengan integrasi nilai-nilai karater dan budaya dalam pembelajaran.

3.      Bertumbuhnya Semangat Gotong Royong Siswa. Gotong royong sangat mudah ditumbuhkan pada saat pembelajaran tatap muka, misalnya saja dalam belajar kelompok. Namun, selama pandemi ini, menumbuhkan gotong royong di tengah jargon “jaga jarak” tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi siswa. Namun walaupun demikian, melalui dunia maya, semangat gotong royong tetap dapat ditumbuhkan melalui penggunaan teknologi yang tepat. Misalnya, pada saat membuat video presentasi, siswa merancang materi, membagi tugas, editing presentasi, semuanya dilakukan dengan bergotong royong dan berkolaborasi di dunia maya. 

4.      Bertumbuhnya Kebhinekaan Global pada siswa. Elemen dan kunci kebhinekaan global salah satunya adalah mengenal dan menghargai budaya serta kearifan lokal. Melalui integrasi nilai-nilai budaya pada pembelajaran, guru memotivasi siswa untuk menggali kearifan-kearifan lokal yang terkait dengan materi yang dibahas. Hasilnya, ternyata siswa masih mengenali kearifan lokal setempat. Misalnya saat membahas fenomena petir. Ada beberapa siswa yang pernah mendengar bahwa pada zaman dahulu, para leluhur selalu membuang benda tajam ke halaman jika terjadi petir. Ini berarti siswa masih mengenal kearifan lokal daerah setempat. Mereka berkembang mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan budayanya. Begitupun saat membuat video pembelajaran, ada yang berdiskusi sembari membuat canang atau menggunakan tamyang sebagai analogi sifat-sifat kelistrikan muatan.

5.      Bertumbuhnya Kemandirian Siswa. Siswa semakin bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajarnya. Semenjak diberikan penugasan dengan tagihan yang beragam, siswa semakin sering berkomunikasi dengan guru untuk mendiskusikan perkembangan tugas mereka. Selain itu, siswa semakin semangat mengikuti game-game edukatif yang diberikan. Siswa juga menumbuhkan kemandiriannya dengan menentukan sendiri bentuk soal yang diinginkan saat penilaian harian dan memberi feedback terkait pembelajaran yang dilakukan.

6.      Bertumbuhnya Nalar Kritis Siswa yang terwujud dalam video-video pembelajaran yang mereka buat. Ada beberapa siswa yang melakukan praktikum sederhana di rumah untuk menjelaskan konsep yang dipelajari. Ini menunjukkan bahwa siswa mampu untuk memperoleh dan memproses informasi serta gagasan.

7.      Bertumbuhnya Kreatifitas Siswa yang tampak dari beragamnya bentuk karya yang dihasilkan siswa terkait dengan penugasan yang diberikan. Ada ayng menjelaskan konsep sambil bertiktok ria, ada yang membuat dalam bentuk podcast, ada yang menjelaskan materi dengan praktik sederhana, ada yang membuat drama dan masih banyak lagi kreatifitas mereka. Jadi kuncinya disini adalah memberikan kemerdekaan pada siswa untuk mengembangan potensinya.

8.      Bertumbuhnya kemandirian dan inovasi CGP. Trimong memantik guru untuk selalu mengupgrade dan mengupdate informasi terkait materi pembelajaran, bahan ajar, serta teknologi pembelajaran. Agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, guru tentunya harus masuk ke dalam dunia siswa. Maka guru harus mengikuti pula perkembangan zaman tanpa melupakan budaya dan kearifan lokal. Dengan demikian guru akan mampu memunculkan motivasi dalam diri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitar ataupun dirinya sendiri.

 

1.4  Refleksi Aksi Nyata

Momong, Among, dan Ngemong yang telah dilakukan terlalu bertumpu pada optimalisasi peran guru dan potensi siswa dalam pembelajaran tanpa mengoptimalkan peran tripusat pendidikan yang lain yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.  Semua proses dilakukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa, dengan guru sebagai fasilitator pembelajaran, tanpa mengikutsertakan pihak lain yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 

1.5  Rencana Perbaikan di Masa Datang

Berdasarkan refleksi yang dilakukan, dapat dipaparkan rencana perbaikan sebagai berikut.

1.      Melibatkan keluarga khususnya orang tua dalam proses pembelajaran. Misalnya, dengan meminta feedback dari orang tua terait pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2.      Melibatkan masyarakat dalam pembelajaran, misalnya mengundang alumni yang bekerja sebagai dokter sebagai narasumber dalam pembelajaran listrik untuk menjelaskan fenomena kelistrikan tubuh

3.      Melakukan pembelajaran lintas mapel, misalnya berkolaborasi dengan guru matematika untuk membantu menjelaskan teori matematika yang digunakan dalam pembelajaran Fisika.

 1.6   Dokumentasi Kegiatan


Segala bentuk informasi dan kegiatan pembelajaran difasilitasi google sites dengan alamat https://sites.google.com/guru.sma.belajar.id/fisika-xii-basma/home

 


3 komentar:

  1. Saya setuju dengan pemaparan ibu rina,, pembelajaran harus melibatkan banyak pihak,, semangat siswa tidak hnya datamg dari individu itu sendiri tp juga dari dorongan ekstrinsiknya.. semangat utk semua guru..

    BalasHapus
  2. Sangat luar biasa dan menginspirasi. Sangat yakin apa yang Ibu Rina terapkan akan membawa dampak positif terhadap pembelajaran, khususnya minat belajar, kreatifitas dan pengembangan potensi siswa. Semangat menginspirasi Bu.

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi, Semoga selalu mampu menghadirkan hal-hal baik untuk saling memotivasi. Menggali keraifan lokal sangat membantu murid dalam memahami hal-hal ilmiah yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

    BalasHapus