Ringkasan materi modul 1.2

 Bahan ajar yang dilampirkan di LMS tersedia disini 

A.     PEMBENTUKAN NILAI DIRI

Guru sudah terlanjur dijadikan teladan di masyarakat. Jadi, hendaknya guru memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.

Guru dengan karakter baik memiliki ciri sebagai berikut.

1.      mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral.

2.      melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka

3.      Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri murid-muridnya.

Narasi Video diagram identitas gunung es yang menjelaskan konsep penumbuhan karakter



Diagram ini pertamakali diperkenalkan oleh Tim Psikolog Bandung/Jabar Masagi dalam penguatan karater tahun 2016. Menjelaskan bagaimana karakter seseorang dapat ditumbuhkan.

 Fenomena gunung es di lautan menunjukkan bahwa apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menunjukan sebesar apa yang tersembunyi di bawah

Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak cukup hanya mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat di permukaan.

Bagian yang terlihat di permukaan air 12% (karakter yang terlihat orang lain dan disadari di sendiri. Sisanya berada di bawah sadar dan di dalam sendiri masing-masing orang

Di bagian bawah ada kotak hitam yang berisi nilai-nilai, kepercayaan, pola pikir, soft skill yang  kesemuanya mendasari seseorang berperilaku. Inilah identitas hakiki seorang manusia. Tersembunyi.

Jadi karakter yang dapat terlihat dari seseorang sesungguhnya didasari perilaku yang berulang dilakukan sehingga menjadi kebiasaan2 yang secara kumulatif menjadi gambaran karakter seseorang.

Fenomena gunung es ini juga menunjukan lingkungan dimana karakter bertumbuh.

Bagian es yang muncul : lingkungan terlihat, kasat mata, fisik, disadari

Bagian bawah : lingkungan yang tidak kasat mata, bersifat psikis, dan tidak mudah disadari

Dua lingkungan itulah yang mempengaruhi karakter sesorang yang perlu dimaksimalkan pengaruhnya dalam menumbuhan karakter

Kedua lingkungan itu disederhanakan sebagai pengkondisian dan pembiasaan baik pada lingkungan fisik maupun psikis, baik implisit dan eksplisit

Ada 2 jalan utama pembiasaan dan pengkondisian dalam menumbuhan perilaku dan kebiasaan yang positif dan negatif yaitu keteladanan dan aturan yang harus dilakukan secara konsisten, agar efektivitas pengaruh lingukungan paad kotak hitam terus meningkat.

Menumbuhan karakter baik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan komitmen, konsistensi, dan waktu yang tidak sedikit serta kesungguhan dalam pengelolaanya.

Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan di mana murid berproses menumbuhkan nilai- nilai dirinya tersebut. Dengan demikian, guru patut mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik).

Bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru adalah emosi.

Video eskalator dan cara kerja otak

Video ini mengajak untuk mengeksplorasi dua sistem kerja otak “3-in1” manusia secara singkat untuk memelajari bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan. 

Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.

Di balik kecanggihan otak manusia, ternyata ada bagian-bagian yang masih menyerupai otak Reptil, otak Mamalia, dan Primata. Anda akan diajak memvisualisasikan otak kita yang umumnya berukuran lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Anda sendiri. Pergelangan tangan diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak eksekutif atau otak luhur (neocortex).

Ø  Batang otak mengelola semua otomasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.

Ø  Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Reptil dan Mamalia tersebut memiliki kecenderungan alamiah yang sama yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomasi, auto pilot.

Ø  Otak berpikir, yang terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) dan berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex yang tugasnya berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini adalah kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.

 

Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil & Mamalia) mengambil alih kendali diri kita.

 

Kita sudah memahami bagaimana suatu nilai dapat muncul dalam diri individu, dan bagaimana nilai dapat tumbuh dalam diri individu tersebut. Semoga materi ini bisa membantu Anda sekalian dalam menumbuhkan nilai-nilai positif untuk murid-murid Anda.

 

Narasi Video Eskalator

Ada dua sistem berpikir pada manusia yaitu cepat dan lambat yang dapat mempengaruhi bagaimana kita bersikap dan mengambil keputusan

Pada otak manusia masih tertinggal bagian yang menyerupai otak mamalia, reptil, primata yang terhubung dengan otak luhur manusia

 Sistem cepat dielola otak reptil dan mamalia

Sistem lambat dikelola otak primata dan otak luhur manusia

Diumpamakan sebagai eskalator yang bergerak turun yang menggambarkan kerja tubuh manusia yang mendahulukan penghematan energi. Otak Reptil dan mamalia bekerja untuk mneghemat energi. Mereka mengelola otomatisasi bagian tubuh yang bekerja di bawah sadar untuk meminimalkan energi. Kerja otak reptil dan mamalia diumpakan 2 orang yang turun pada elevator yang sedang turun. Tanpa perlu energi, tinggal turut elevaor. Diam sajapun akan tetap turun. Energi tidak banyak digunakan. Energi terkkonservasi.

Sistem berpikir lambat seperti berjalan naik di eskalator yang bergerak turun. Jika kita berhenti, kita akan turun. Jika naik dengan kecepatan lebih kecil dr eskalator, kitapun turun. Pdhl berpkir lambat memakan lebih banyak energi. Jadi bertentangandengan cara kerja otak yang lain

 

 

 

B.     PPROFIL PELAJAR PANCASILA

Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya.

Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.

Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). 

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.

Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna.

Sebagai contoh: ketika seorang pelajar perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah, diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Solusi yang dihasilkan juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi Gotong Royong dan Berkebinekaan Global). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sekilas penjelasan mengenai Profil Pelajar Pancasila ini.

 

 

 

Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai yang dijabarkan.

Peran pendidik yang pertama dalam terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang pendidik mencoba menjalankan profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan ini pastinya akan dilihat dan kemudian dipelajari oleh para murid.

Profil Pelajar Pancasila ini juga tidak hanya diajarkan dalam mata pelajaran tertentu, namun terintegrasi dalam muatan pembelajaran. Ini berarti cakupan materi dan program yang akan diberikan kepada murid untuk dipelajari dalam proses pembelajaran mampu memunculkan aspekaspek Profil Pelajar Pancasila dalam tiap mata pelajaran. Demi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini dibutuhkan pendidik yang mumpuni dalam menjadi teladan dan menciptakan perubahan.

Oleh karena itu, Program Guru Penggerak ini ada untuk melengkapi Bapak/Ibu sekalian agar menjadi Guru Penggerak yang berfokus pada pembentukan Profil Pelajar Pancasila. Jika dikaitkan dengan materi pada bagian A mengenai pembentukan nilai diri, Profil Pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan muncul pada segenap murid di Indonesia.

Keenam karakter tersebut tercerminkan melalui perilaku sehari-hari yang akhirnya menjadi kebiasaan. Untuk mendukung tercapainya karakter ini, setiap guru perlu menanamkan nilainilai dan pola pikir sebagai penuntun atau pamong. Nilai-nilai ini bisa berkembang jika seorang guru penggerak mengaktifkan otak luhurnya agar bisa berpikir strategis dan kreatif dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak. Peran-peran ini akan dijabarkan dalam bagian berikutnya

 

C.      PERAN GURU PENGGERAK

Untuk bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif sesuai mewujudkan profil tersebut. Pada bagian ini kita akan membahas peran yang perlu Anda hidupi sebagai Guru Penggerak yang mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila tersebut.

Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Ketika kita bisa membawa perubahan pada lingkungan sekitar kita, tentunya hasilnya juga akan lebih baik untuk murid kita.

Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Peran Guru Penggerak itu sendiri, merupakan sebuah ringkasan dari kompetensi tersebut. Terdapat 5 butir peran dari seorang Guru Penggerak:

 

1.      Menjadi Pemimpin Pembelajaran

Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Mari kita lihat terlebih dahulu kata pemimpin pembelajaran. Pemimpin Pembelajaran berarti seorang Guru Penggerak menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru serta komunitas sekolah, dll.

Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan kondisi yang sudah berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan belajar di sekolah sudah cukup sejahtera agar anak bisa belajar dengan maksimal?

Seorang Guru Penggerak tentunya berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang nyaman untuk para muridnya. Jadi seorang Guru Penggerak diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.

 

2.       Menggerakkan Komunitas Praktisi

Menggerakkan komunitas praktik untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang Guru Penggerak berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan guru baik di sekolah maupun wilayahnya. Banyaknya praktik baik yang bisa dibagikan dalam komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para guru sejawat dan tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga. Catatan tambahan, komunitas praktik akan dibahas pada lokakarya.

3.      Menjadi Coach Bagi Guru Lain

Menjadi coach dan mentor bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah. Seorang Guru Penggerak juga harus mampu mendeteksi aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari rekan sejawatnya. Seorang Guru Penggerak diharapkan juga mampu merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran. Tidak lupa juga sebagai seorang coach, Guru Penggerak diharapkan juga bisa memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.

4.      Mendorong Kolaborasi Antar Guru

Membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peran ini, seorang Guru Penggerak diharapkan mampu memetakan para pemangku kepentingan di sekolah (serta luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut.

 

5.      Mewujudkan Kepemimpinan Murid

Mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru Penggerak berarti membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah.


 

D.     NILAI GURU PENGGERAK

Nilai ini yang nantinya akan mendukung CGP dalam melaksanakan peran-peran Guru Penggerak, serta mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.

Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.

MANDIRI

Mandiri berarti seorang Guru Penggerak  mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.

Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya. Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.

Beberapa poin untuk menguatkan nilai Mandiri pada nilai Guru Penggerak adalah sebagai berikut:

a)     Tentukan tujuan perubahan yang ingin dicapai dan dampak dari pencapaian tujuan tersebut. Apabila ada suatu perubahan yang ingin Anda lihat (baik pada diri Anda, maupun hal di sekitar Anda) mulailah dengan tujuannya terlebih dahulu. Setelah Anda tahu tujuannya, lalu susun rutenya dalam bentuk tujuan yang lebih kecil. contoh: Tujuannya, ingin meningkatkan kemampuan penggunaan perhitungan numerikal di microsoft excel, untuk membantu pekerjaan administrasi menjadi lebih mudah. Dari sini susunlah rute cara belajar Anda, sesuai dengan kapabilitas Anda. Contoh rute: dalam seminggu ini, sudah harus bisa perhitungan dengan menggunakan fungsi numerikal tambah dan kurang. Cara belajar dengan menggunakan youtube misalnya. Dengan penggambaran tujuan dan rute yang jelas kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang akan mendorong kita untuk lebih mandiri.

b)     Rayakan keberhasilan dalam setiap pencapaian. Pencapaian tujuan tidak mudah, bahkan tujuan yang dirasa kecil sekalipun membutuhkan daya, waktu, dll. Apabila kita sudah mencapai tujuan tertentu, rayakan keberhasilan dengan sesuatu yang kita suka. Dengan begitu kita bisa memotivasi diri kita untuk mencapai tujuan selanjutnya.

REFLEKTIF

Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.

Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.

KOLABORATIF

Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak itu.

Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama. 

Perlu diperhatikan, kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama, berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu, termasuk memberikan feedback juga merupakan bagian dari kolaborasi.

INOVATIF

Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk bisa mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari seorang Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang mungkin tidak biasa namun tepat guna.

Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.

Nilai inovatif ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.

BERPIHAK PADA MURID

Berpihak pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Segala hal yang kita lakukan, harus tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun orang lain yang berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.

          Yang perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan penting. Pada modul 1.1 kita sudah bahas bahwa filosofi utama dari Ki Hadjar Dewantara menekankan pada pemusatan orientasi pendidikan pada murid. Sebagai Guru Penggerak, mengutamakan keberpihakan pada murid adalah pedoman perilaku yang utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar