Rasa yang Pernah Ada

Rasa yang Pernah Ada

Pandemi Covid-19 ini memang telah menciptakan situasi yang luar biasa dan menuntut kita semua untuk berpikir, berbicara dan berbuat di luar kebiasaan. Namun, jika tidak ada pandemi, mungkin saya tidak akan mengenal Diklat Calon Guru Penggerak (CGP). Diklat ini bukan diklat biasa, melainkan diklat yang sangat luar biasa.

Luar biasa. Alur pendaftaran saja lumayan greget.  Hampir 13 tahun sudah saya menjadi guru. Baru kali ini saya mengikuti diklat yang seleksinya bertingkat-tingkat. Mulai dari seleksi administrasi, simulasi mengajar, hingga wawancara. Bagian yang paling menegangkan dari proses seleksi ini adalah simulasi mengajar. Pertama, karena waktu yang terbatas, kedua karena khawatir ada gangguan jaringan. Tetapi syukurlah semuanya berjalan lancar saat itu. Terlebih karena sebelum simulasi mengajar diadakan coaching clinic, jadi lumayan ada gambaranlah akan seperti apa simulasinya. Seleksi wawancarapun cukup santai ya, karena pewawancara mengemas tes seperti layaknya obrolan santai di coffee shop. Semua seleksi dilaksanakan secara daring, berkat Corona, saya tidak perlu kemana-mana untuk lulus menjadi peserta diklat luar biasa ini. Cukup duduk manis di depan laptop. Tapi, baru menjadi peserta lho, dengan sebutan Calon Guru Penggerak (CGP). Yah paling tidak, sudah lulus masuk WhatsApp Group (WAG). Itu saja sudah cukup menyenangkan.

Menyenangkan. WAG baru, berarti teman baru, suasana baru, dunia baru, semakin banyak teman, biasanya akan semakin menyenangkan. Setelah diumumkan lulus seleksi, saya langsung bergabung dalam WhatsApp Group (WAG) ataupun Grup Telegram. Grup Telegram bersama rekan se-Provinsi, WAG bersama rekan se-Kabupaten, bersama Fasilitator dan Pengajar Praktik, bersama Pengajar Praktik saja, bersama rekan sesama Guru SMA, dan setelah kegiatan-kegiatan diskusi dimulai, ada lagi WAG yang dibentuk dan diberi nama dengan akronim-akronim yang unik atau sesuai dengan materi yang dibahas. Misalnya saat membahas materi Dilema Etika, kami membuat grup yang bernama Dilema Kehidupan. Wow, banyak sekali grup nya ya? Tidak apa, karena semua informasi di grup ini sangat penting dan merupakan motivasi bagi saya untuk mengerjakan tugas yang ada tepat waktu. 

Tepat waktu. Ini merupakan hal yang paling saya acungi jempol sekaligus syukuri sebagai peserta diklat ini. Semua kegiatan terjadwal dengan baik dan selalu on time  pelaksanaannya. Sehingga kami para orang tua bisa membagi waktu dengan baik untuk urusan keluarga, adat istiadat, dan lain sebagainya. Jadwal yang diberikan adalah jadwal bulanan. Kegiatan setiap harinya tertera dengan jelas. Jadi, Pak Suami tidak perlu khawatir. Walaupun Bu Istri mengikuti diklat ini, bisa dipastikan bahwa tidak ada satupun pekerjaan rumah tangga akan terbengkalai he he . Namun sejujurnya, setiap mendapat jadwal baru, saya selalu deg degan dan berdoa, semoga ruang kolaborasi ataupun elaborasi pemahaman tidak bersamaan dengan perayaan hari suci Umat Hindu di Bali. Untungnya Galungan dan Kuningan bebas dari tatap muka virtual. Tetapi sayangnya pelaksanaan ruang kolaborasi Modul 3.2 tentang Pemimpin Pembelajaran dan Pengelolaan Sumber Daya bertepatan dengan Ngerupuk. Disinilah banyak sahabat yang menertawakan kami. Demen san ngalih gae (SSS alias Suka Sama Sibuk). Bahkan ada yang bilang kami gila. Ya, kami memang gila. Gila menuntut ilmu, bukankah itu gila yang elegan? Gila kok elegan? Eh apa jangan-jangan saya memang sudah gila?

Gila. Yah saya akui sebelum mengikuti diklat ini saya memang sudah sedikit gila, gila bermedia sosial. Saya sampai lupa waktu kalau sudah mengulik media sosial ataupun situs belanja online. Walaupun hanya sekedar menjadi silent reader ataupun sekedar window shopping. Saya rasa, saya perlu menepi sejenak, mencari hal-hal yang lebih positif, yang lebih bermanfaat. Akhirnya saya tersadar, saya perlu gaya eksternal yang kuat untuk keluar dari zona nyaman ini. Seperti kata Newton dalam hukum kelembamannya, setiap benda akan cenderung mempertahankan kondisinya selama resultan gaya yang bekerja padanya sama dengan nol. Oleh karena itu, untuk bisa keluar dari kenyamanan kita memerlukan gaya eksternal yang cukup besar.

Besar. Diklat CGP ini memberikan gaya eksternal yang cukup besar pada saya untuk keluar dari zona nyaman. Ibaratnya katak, akhirnya saya bisa keluar dari tempurung.  Akhirnya, saya bisa memanfaatkan internet ke arah yang lebih positif. Situs favorit saya sekarang adalah SIMPKB guru penggerak. Setiap hari saya berwisata baca disana.  Bahkan terkadang saya mengaksesnya 2 sampai 3x sehari, seperti minum obat ya? Dari diklat ini pula saya menempa diri untuk konsisten mengisi blog tentang perjalanan menjadi guru penggerak. Saya mengemasnya seperti diary. Channel youtube saya juga semakin terisi penuh oleh hal-hal yang positif mulai dari praktik-praktik pembelajaran yang saya lakukan, tugas-tugas yang saya kerjakan, ataupun kegiatan-kegiatan sekolah yang mendukung perjalanan saya dalam diklat ini. Saya yang awalnya tidak terlalu suka mendokumentasikan sesuatu, menjadi tepacu dan terpicu untuk jeprat jepret. Dalam hati saya berkata, mungkin ini salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi dunia maya dengan konten-konten positif dari bapak Ibu Guru ataupun praktisi pendidikan lainnya. Sekarang saya punya banyak koleksi foto dan video lho 😊. Tentunya foto dan video yang berkaitan dengan Tugas.

Tugas. Tugas-tugas yang diberikan di diklat ini dijamin tidak membuat bosan. Variatif, menantang, sekaligus menyenangkan. Satu hal yang sama dalam setiap modulnya adalah alur belajarnya. Alur MERRDEKA. Mulai diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Refleksi terbimbing, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Setiap harinya, WAG selalu dipenuhi informasi tentang kegiatan hari ini serta motivasi untuk menyelesaikannya. Ini adalah trigger yang konsisten. Untuk menjawab trigger tersebut,  kalimat yang paling sering saya ketikkan selama kurang lebih 5 bulan terakhir ini adalah “Baik Pak, Terimakasih Informasinya”. Selalu seperti itu, hampir setiap hari kecuali hari minggu. Artinya, setiap hari ada tugas. Kalau ingin lulus, tugas ini harus dan wajib dikerjakan. Indikatornya adalah centang biru di LMS. Pokoknya, kalau semua alur belajar sudah tercentang biru, jadi 3L (Lega Luar Biasa). Saya akui, memang kadang kala ada suatu titik jenuh dalam mengerjakan semua tugas yang ada, saat itu terjadi, si centang biru inilah yang dijadikan motivasi. Usahakan agar tercentang biru. Ini bukan berarti sekedar membuat tugas ya! Saya hanya tidak ingin terlalu menyiksa diri dengan tugas yang ada. Saya ingin lebih bisa memaknai dan menikmatinya. Jadi, ketika semangat sedang rapuh, luruh dan hampir runtuh, ingatlah si centang biru bukan garis biru. Kalaupun ada yang mendapat garis biru selama 9 bulan perjalanan ini, itu adalah berkah.

Berkah. Saya merasa mendapat banyak berkah dengan mengikuti kegiatan ini. Pertama dan yang paling pasti adalah pengetahuan baru. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pembelajaran yang seharusnya berpusat pada siswa menyadarkan bahwa sebenarnya di Indonesia ini kita sudah memiliki pemikir teori kontruktivisme, lalu mengapa saat kuliah dulu  tidak ada satupun pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara (KHD) ini yang dibahas? Sebelumnya saya hanya mengenang KHD sebagai Bapak Pendidikan dengan 3 semboyannya. Tujuan pendidikan menurut KHD salah satunya adalah mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Sederhana bukan? Pemikiran ini membuat saya lebih fleksibel dan rileks dalam mengajar. Pelan-pelan saya mulai menghilangkan kesan kaku pada mata pelajaran yang saya ampu, Fisika, yang kesannya memang sudah kaku . Bagaimana caranya? Modul-modul selanjutnya menuntun saya untuk itu. Sebagai langkah awal saya diajak untuk menguatkan nilai dan peran sebagai CGP. Bagi saya, memperkuat nilai dan peran ini sangat penting sekali karena sebelum kita menguatkan orang lain, sudah sepatutnya kita memperkuat diri sendiri dahulu. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kekuatan dengan berpikir berbasis kekuatan. Kalau dalam modul ini disebut dengan inkuiri apresiatif dengan tahapannya BAGJA yang merupaka akronim dari Buat rencana, A….. sebentar saya sedikit lupa 😊Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi. Bagja ini secara harfiah berarti bahagia.

Bahagia. Ya, Murid yang bahagia dan merdeka adalah hal yang dituju pada modul-modul berikutnya. Mulai dari bagaimana menciptakan budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, coaching serta modul terakhir tentang pemimpin pembelajaran dan pengembangan sekolah. Saya rasa, inti dari semua modul ini adalah bagaimana membuat aku (guru) dan kamu (murid) menjadi kita. Bagi saya, semua modul ini menarik, karena dikemas dengan cantik, unik, apik dan nyentrik. Kami banyak sekali diberikan contoh dan situasi-situasi yang membumi, yang dekat dengan keseharian kami. Tapi kalau ‘dipaksa’ untuk memilih, yang paling menarik adalah pembelajaran berdiferensiasi. Menurut saya pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang beraneka, aneka sumber, aneka proses, aneka produk. Merancang pembelajarannya lumayan membuat puyeng, tapi tidak apa, asalkan murid seneng. Lalu, modul mana yang paling sulit? Menurut saya, modul terakhir, tentang kepemimpinan, yang isinya tentang pengelolaan sumber daya, pengambilan keputusan, dan pengelolaan program yang berdampak pada murid. Kenapa? Mungkin karena modul terakhir, jadi sudah agak ngos-ngosan. Selain itu materi tentang kepemimpinan lumayan rumit dan sulit jadi terasa agak pahit. Mudah-mudahan dengan motivasi dari fasilitator, pengajar praktik, dan rekan CGP, saya dapat melaluinya dengan baik. Mereka sudah saya anggap sebagai keluarga.

Keluarga. Saya memiliki keluarga baru yang seru. Kami selalu melalui suka dan duka bersama dalam menjalani diklat ini. Sukanya ya saat Lokakarya yang dilakukan setiap bulan sekali secara tatap muka di tempat yang seru. Pada kegiatan ini kami bergembira bersama, saling bercerita tentang apa yang telah kami lakukan dan apa yang menjadi kesulitan kami, bagaimana strategi menghadapi kesulitan tersebut. Banyak ice breaking yang berikan dan saya adopsi untuk diterapkan di kelas. Sebelum lokakarya, kami diberikan bekal dalam kegiatan pendampingan individu yakni, sesi curhat dengan pengajar praktik. Lokakarya ini ibaratnya arisan keluarga. Kami makan bersama, menikmati kudapan, sambil ngobrol santai, dan tak lupa foto bersama. Ahh indahnya. Lumayan untuk lepas sejenak dari kesibukan duniawi. Walaupun sebenarnya sudah ada banyak tugas yang antre, tapi sudahlah, bukankah kita berhak untuk bahagia, walaupun hanya sekejap?

Sekejap. Setelah dijalani dan dilakoni, waktu rasanya berlalu begitu cepat, hanya sekejap. Mungkin karena hanya sedikit waktu yang terbuang percuma, tidak ada waktu untuk bengong, mengeluh, meratap ataupun ngegibah. Jika ada waktu luang, langsung buka situs favorit. https://lms20-gp.simpkb.id/course/view.php?id=363 😊 Langsung kerjakan hal yang bisa dikerjakan. Manfaatkan waktu dengan baik. Jika ada kesulitan atau hal yang tidak dimengerti langsung chat di WAG, dijamin akan mendapat jawaban yang berdiferensiasi. Waktu yang terasa sekejap ini terkadang menjadi bagian ‘duka’ pada keluarga baru saya ini. Durasi pengerjaan tugas pada ruang kolaborasi terasa paling sekejap diantara tugas-tugas yang lain. Namun syukurlah dengan kerjasama tim yang baik, dalam waktu sekejap, tugas yang ada bisa diselesaikan dengan baik. Pada ruang kolaborasi kami dibagi menjadi kelompok yang selalu dirotasi, jadi anggota kelompok kami berubah-ubah. Ikatan kekeluargaan kami menjadi semakin kuat. Setelah semua ini berlalu, mari kita membuat paguyuban yuk teman-teman CGP Angkatan 3 Kabupaten Klungkung. Pasti akan terasa indah.

Indah. Indah sekali pemandangan di kelas ketika saya mencoba menerapkan materi yang saya peroleh. Siswa tidak hanya duduk menunduk mencatat dan menghitung selama belajar Fisika. Kini mereka belajar Fisika dengan berbagai cara, berbagai proses, dan berbagai bentuk hasil. Diawali dengan membuat keyakinan kelas bersama untuk menciptakan budaya positif dan lingkungan yang nyaman untuk belajar dan dilanjutkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai sosial emosional dalam pembelajaran. Saya juga berusaha menciptakan suasana belajar yang adem. Aman, Damai, dan tEntram dengan Mindfulness melalui teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observed, Proceed). Tak lupa saya mencoba untuk melejitkan potensi siswa melalui teknik coaching dengan model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggung jawab). Wahh banyak sekali akronimnya, ya begitulah diklat ini sangat inspiratif.

Inspiratif. Akronim yang digunakan bukan sekedar akronim, tetapi memiliki makna tersendiri. Terkadang banyak kita jumpai di pasaran, akronim-akronim yang nyeleneh bahkan meaningless. Tetapi tidak di diklat ini. Disini semuanya memiliki arti. Semuanya berarti. Materi yang ada pada diklat ini juga menginspirasi saya untuk membuat best practice yang saya ikutsertakan dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh LPMP Bali. Saya mengangkat judul Among, Ngemong, dan Momong dengan Alur Merdeka untuk Menguatkan Profil Pelajar Pancasila. Walaupun belum mendapat juara, tapi lolos ke tahap presentasi saja, saya sudah syukur.

Syukur. Saya sangat bersyukur karena diklat ini menyadarkan saya bahwa banyak pihak yang mendukung saya selama ini. Selain keluarga, ternyata saya mendapat dukungan luar biasa dari siswa, rekan sejawat, atasan, pokoknya seluruh warga SMA Negeri 1 Banjarangkan (Basma). Mereka selalu membantu saya dalam menyelesaikan administrasi ataupun tugas-tugas dalam diklat ini. Saya mempunyai atasan yang siap diganggu 24 jam untuk menandatangi surat tugas ataupun dokumen lainnya, serta mendukung komunitas praktisi yang kami bangun bersama rekan CGP hebat di sekolah saya, Pak KD Dwija Negara yang diberinama Sami sareng (Sarana Pengembangan Diri Sesama Rekan Pengajar). Dukungan rekan sejawat? Tidak usah diragukan lagi. Selalu sedia setiap saat untuk mengisi kuisioner, untuk menjadi rekan praktik coaching, berkontribusi dalam komunitas praktisi  dan masih banyak lagi. Terimakasih sahabat Basma. Terakhir, sebagai core of the core, seluruh siswa SMA N 1 Banjarangkan, terimakasih atas partisipasi aktifnya dalam setiap program yang kami rancang sebagai bentuk aksi nyata dari seluruh materi yang diperoleh. Tanpa mereka, aksi nyata yang dirancang tak akan pernah teraktualisasi, terealisasi. Terimakasih telah membuat semuanya terpampang nyata dan sempurna.

Sempurna. Di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. Perjalanan ini pun tidak selalu mulus. Pernah pada suatu ketika saya harus mempratikkan seluruh materi pada modul 2 (Praktek Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid) pada hari yang bersamaan dan waktu yang berurutan, tanpa jeda. Paginya pukul 08.00-09.30 mempraktikkan pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi di kelas bersama siswa dan diobservasi oleh Ibu Pengajar Praktik saya, Ibu I Gusti Agung Sri Parnayathi. Setelah itu, langsung ngegass mempraktikkan coaching di ruang kolaborasi bersama Bapak Fasilitator saya, Bapak Suby Abinoto dari pukul 09.30-11.00. Coaching sempat macet karena jaringan internet di sekolah yang tidak stabil. Jika diingat lagi kejadian itu, kaki saya lemas karena saking tegangnya dan di saat semuanya terlewati, sayapun merasa terharu.

Terharu. Banyak peristiwa yang membuat saya terharu ketika mengikuti diklat ini. Pernah suatu ketika Pengajar Praktik kami mengikuti Lokakarya secara virtual karena sedang terbaring di rumah sakit. Rasa haru juga menyelimuti saya ketika melihat rekan yang mengikuti diskusi virtual sambil menunggu istri yang sedang dirawat di rumah sakit, ada yang sambil menunggu anaknya yang diisolasi akibat Covid, ada yang sambil menggendong anaknya, adapula yang sambil ngodalin. Hebat bukan? Mereka adalah orang-orang hebat dan tangguh. Maju terus walau badai menghadang.  Saya bangga menjadi keluarga mereka.  Walaupun dalam situasi tersebut mereka tetap berkontribusi aktif (berpendapat) dalam diskusi. Sedangkan saya? Saya hanya bisa menjadi pendengar yang baik dalam ruang diskusi virtual. Microphone  saya on hanya ketika saya dipersilahkan untuk berpendapat. Ini membuat saya malu.

Malu. Ya, saya juga malu ketika Bapak Fasilitator mengingatkan saya secara pribadi (melalui jalur pribadi) untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari itu. Terlebih bahasa yang digunakan sangatlah sederhana tetapi nunceb dan langsung jleb. Begini bahasanya “Selamat malam Ibu Rina Lestari. Mohon ijin sekaligus mohon informasi, benarkah Ibu belum mengerjakan refleksi terbimbing? Apakah ada kendala Ibu?” Saya tidak ingat pasti apa kendala saya saat itu, tetapi begitu menerima pesan tersebut saya langsung menyelesaikan tugas yang dimaksud. Setelah tugas diselesaikan, sayapun membalas pesan Bapak Fasilitator dengan penuh semangat.

Semangat. Menjadi calon guru penggerak lumayan membuat saya semangat untuk belajar dan semangat untuk mengimplementasikan materi-materi yang saya dapat di setiap modul. Di luar materi guru penggerak, saya banyak belajar tentang teknologi yang dapat membantu saya menyelesaikan tugas dengan baik. Salah satunya adalah belajar canva, book creator, membuat animasi dengan powtoon dan lain sebagainya. Saya juga banyak belajar menggunakan aplikasi-aplikasi sederhana yang dapat digunakan untuk mengedit video. Saking serunya belajar tentang hal tersebut, saya sampai agak-agak lupa pada materi mata pelajaran yang saya ampu, Fisika. Andai saja dalam diklat ini diintegrasikan konten atau materi mata pelajaran yang diampu, niscaya guru akan memiliki Paedagogical Content Knowledge (PCK) yang kuat.

Kuat. Ketika memutuskan untuk mengikuti seleksi CGP, saya menyadari sepenuhnya, bahwa diklat ini seperti sebuah pertapaan. Saya harus kuat bertahan menghadapi berbagai godaan yang ada. Terkadang teman-teman sudah hangout di akhir pekan, saya harus meluangkan waktu sejenak untuk membuat jurnal refleksi mingguan. Tidak apa, karena tidak ada yang istan di dunia ini. Perlu konsistensi dan persistensi. Hasil sebuah perjuangan, akan selalu indah untuk dikenang. Mari berjuang bersama untuk merajut kenangan yang manis.

Manis dan semua kata yang mengawali setiap paragraf di atas adalah rasa yang pernah ada selama saya mengikuti Diklat CGP ini. Semoga sedikit cerita ini dapat memberikan selayang pandang tentang CGP. Mari bersama pulihkan pendidikan karena kebersamaan itu seperti permulaan, kemudian menjaga kebersamaan merupakan kemajuan dan bekerja bersama merupakan keberhasilan.

 *Coba Bapak Ibu pembaca yang budiman menghitung ada berapa kata “luar biasa” yang muncul pada cerita di atas. Jawabannya bisa dikirim melalui WhatsApp, Telegram, SMS atau telepon di 081805630975. Boleh juga DM di Instagram @rinatrioton. Menjawab di kolom komentar blog https://diarycgp.blogspot.com juga boleh. Atau bagi yang masih suka berkirim kartu pos, jawaban bisa dikirim ke Perumahan Graha Kemoning Asri, Jalan Ratna No. B3, Semarapura, Klungkung. Jawaban yang benar akan mendapat oleh-oleh khas dari kampung halaman saya, Jatiluwih.  Salam dan Bahagia 😊

** Naskah ini ditulis untuk turut berpartisipasi dalam penulisan buku Jejak Sang Penggerak oleh Komunitas CGP Angkatan 3 Kabupaten Klungkung 


                                                                                                                            


Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak (CGP) di paket modul 3, subbagian 3.3.  Modul ini membahas tentang program/kegiatan sekolah yang berorientasi dan berpihak pada murid sehingga dapat memberikan makna sebagai bentuk dampak yang dirasakan oleh murid  nanti. 

Untuk dapat mengeksplorasi program/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid, modul ini mengajak Bapak dan Ibu untuk dapat mengidentifikasikan  suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam program/kegiatan sekolah. Suara, pilihan, dan kepemilikan murid perlu diupayakan oleh sekolah sebagai sebuah komunitas. Apa yang harus disiapkan oleh sekolah untuk menciptakan suara, pilihan, dan rasa kepemilikan murid? Bagaimana kita dapat menciptakan sekolah sebagai lingkungan belajar yang memberikan ruang seluas-luasnya kepada murid untuk dapat menciptakan suara, pilihan, dan kepemilikan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, modul ini juga memberikan penjelasan bagaimana peran komunitas menyiapkan lingkungan yang dapat mendukung terciptanya suara, pilihan, dan kepemilikan murid. 

Semoga proses pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman baru dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas lagi, dan lebih mengedepankan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berpihak pada  murid.

Tetap Semangat dalam berkreasi dan berinovasi merancang kegiatan yang berpihak pada murid!

Salam,

Capaian Umum Modul 3.3

Profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul ini adalah:

  • menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran.
  • mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri.
  • menerapkan konsep kepemimpinan murid pada program atau kegiatan sekolah.

Capaian Khusus Modul 3.3:

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak  untuk mampu:

  1. menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 
  2. menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
  3. menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
  4. mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 
  5. menerapkan satu program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dan mempertimbangkan keterkaitannya dengan apa yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya.

MERDEKA (RENCANA AKSI NYATA MODUL 3.2)

                                                               


      MERDEKA

Pameran Demonstrasi Kontekstual Fisika

 

Pembelajaran pada hakikatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, sehingga proses pembelajaran adalah membuat siswa dalam kondisi belajar. Untuk membuat siswa berada dalam kondisi belajar, perlu diciptakan suatu suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan tersebut. Hal tersebut tentunya muncul jika guru mau memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasannya.

Ide dan gagasan siswa akan lebih banyak muncul jika mereka berinteraksi dengan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Kualitas interaksi siswa dengan sumber belajar berpengaruh sekali terhadap hasil belajar. Maka dengan demikian, ada perbedaan yang sangat besar sekali antara siswa yang memiliki intensitas tinggi dalam pemanfaatan sumber belajar dengan siswa yang memiliki intensitas rendah dalam pemanfatan sumber belajar. Mereka yang  memiliki intensitas tinggi dalam pemanfaatan sumber belajar, akan meraih hasil belajar yang optimal.     Disinilah pentingnya pengelolaan sumber daya sebagai sumber belajar.

Dalam pembelajaran Fisika, ada banyak sumber daya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Sumber daya atau aset yang dimiliki oleh sekolah, dapat dipetakan dalam tujuh kelompok yakni modal manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama & budaya. Ketujuh modal tersebut ingin saya kaitkan dengan ujian praktik Fisika yang akan berlangsung di Awal bulan April ini.

        Ujian Praktik yang akan dilaksanakan, saya kemas secara merdeka sesuai dengan namanya. Siswa bebas untuk melakukan praktik apapun yang terkait dengan materi Fisika yang telah dipelajari selama duduk di bangku SMA. Praktik tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk video dan di upload di youtube. Guru kemudian mengumpulkan video praktik siswa dalam buku digital, memberi komentar,  dan memohon Bapak Kepala Sekolah untuk memberi sambutannya dalam buku tersebut. Tak lupa akan ditambahkan pula pendapat beberapa siswa tentang pelaksanaan ujian praktik Fisika.

Pelaksanaan ujian praktik Fisika kali ini memang sangat berbeda dengan sebelumnya. Sebelum pandemi, ujian dilaksanakan di sekolah dengan memberikan praktik yang sama pada semua siswa sehingga laporan akhir yang diperoleh identik satu sama lainnya.

Kemasan Merdeka pada ujian praktik kali ini menuntun siswa untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada di lingkungan sekitar mereka untuk dijadikan sebagai sumber belajar Fisika. Semoga dilancarkan. Salam dan Bahagia

 

Ni Wayan Rina Lestari

CGP Angkatan 3

Kabupaten Klungkung


SINTESIS BERBAGAI MATERI (Alur Koneksi Antar Materi Pada Modul 3.2)

 SINTESIS BERBAGAI MATERI

Koneksi antar semua materi pada modul 1, modul 2 serta modul 3.1 dan 3.2 sebenarnya tergambar jelas pada maksud pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara seperti pada gambar berikut ini.

Maksud pendidikan akan dapat terdefinisi dengan jelas jika guru mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sesuai dengan 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah seperti yang tercantum pada Modul 3.1.

Setelah maksud pendidikan terdeskripsi dengan jelas, maka coaching (materi pada Modul 2.3) dengan model TIRTA, selanjutnya berperan dalam menuntun murid menemukan potensi dirinya.

Dalam proses menuntun tersebut, segala sumber daya yang ada di lingkungan sekolah sebaiknya dikelola dan dioptimalkan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran. Disinilah tampak peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya (Modul 3.2)

Proses pembelajaran yang dilakukan nantinya berdasar pada kebutuhan belajar siswa sesuai dengan kodratnya masing-masing. Pada tahap ini, pembelajaran berdiferensiasi (Modul 2.1) diperlukan. Siswa difasilitasi untu belajar sesuai dengan profil belajar dan gaya belajarnya dengan berbagai bentuk konten, beragam proses dan produk yang dihasilkan.

Dengan pembelajaran seperti tersebut di atas, diharapkan nantinya siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya sesuai dengan releksi pemikiran kritis KHD bahwa setiap anak adalah unik (Modul 1.1). Sekolah juga perlu untuk menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab bagi siswa melalui penerapan budaya positif (Modul 1.4). Dengan demikian, niscaya visi dan misi yang dirumuskan pada Modul 1.3 dapat tercapai.

KHD menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang menyeluruh, holistik. Tidak hanya bertumpu pada kognitif semata tetapi juga karakter. Untuk itulah Pembelajaran Sosial Emosional (Modul 2.2) perlu diintegrasikan dalam pembelajaran. Tekni STOP akan menuntun siswa dalam kondisi Mindfullness sehingga mereka dapat hadir seutuhnya dalam pembelajaran. Dengan menerapkan segala bentuk proses di atas, CGP sebenarnya sudah memperkuat nilai dan perannya seperti yang tercantum pada modul 1.2.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.  

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan sumber daya adalah pemimpin pembelajaran (dalam hal ini guru) yang mampu menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien, merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development), merancang program kecil menggunakan hasil pemetaan kekuatan atau aset yang sudah dilakukan serta menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.

Dalam mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, saya akan mulai dengan titik awal perubahan yakni perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir yang positif ini akan saya coba ciptakan dari perbincangan yang sederhana dengan cara lebih banyak bertanya sesuatu yang mendorong energi dan kreativitas ketimbang menanyakan ada masalah apa?

Di kelas khususnya dan di sekolah pada umumnya, saya akan mencoba untuk selalu menjadikan suasana yang menyenangkan sebagai prioritas dalam setiap usaha membangun sekolah. Sekolah dikembangkan dengan berfokus pada kekuatan dan potensi, bukan tantangan. Sumber daya masyarakat sekitar akan coba saya optimalkan kontribusinya dalam proses pembelajaran yakni sebagai sumber belajar (narasumber) ataupun pemberi masukan pada proses pembelajaran yang kami lakukan.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  

Proses pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang dikemas menyenangkan dan berpihak pada murid yang pada akhirnya membuat murid bahagia lahir dan batin. Untuk mewujudkannya maka diperlukan kolaborasi berbagai sumber daya pendukung pembelajaran yakni daya manusia, lingkungan, fisik, politik, agama dan budaya, finansial, dan sosial. Karena pada hekekatnya pembelajaran itu adalah suatu proses interaksi edukatif antara siswa dengan lingkungan belajarnya. Sumber daya inilah yang menjadi lingkungan belajar bagi siswa.

Sebagai contoh misalnya salah satu kekuatan SMA N 1 Banjarangkan adalah lingkungan sekolah yang  nyaman, rindang, dan asri. Guru bisa mengoptimalkan sumber daya tersebut sebagai ruang kelas dengan melakukan pembelajaran outdoor. Pada pelajaran Biologi misalnya, siswa bisa diajak untuk mengklasifikasikan tumbuhan monokotil dan dikotil yang ada di sekolah. Pada pelajaran Kimia, siswa bisa diajak untuk mengidentifikasi tanaman di sekolah yang bisa digunakan sebagai indikator asam basa alami. Kola yang ada di sekolah bisa digunakan untuk mendemonstrasikan materi fluida pada mata pelajaran Fisika. Ini akan memberikan suasana yang berbeda bagi siswa. Iklim pembelajaran yang menyenangkan.

Tentunya pembelajaran Outdoor  tersebut akan berlangsung dengan nyaman jika didukung pula oleh seluruh warga sekolah (sumber daya manusia) yang ada. Misalnya dengan tidak menganggu mereka yang sedang belajar di luar kelas. Jadi, kolaborasi sumber daya yang ada akan mengoptimalkan pembelajaran.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

Materi sebelumnya, Paradigma dan Visi Guru Penggerak (Modul 1) serta Praktek Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid (Modul 2) mematangkankan kami secara lahir dan batin untuk mengoptimalkan peran menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah (Modul 3).

Sebagai contoh, Pengelolaan sumber daya manusia (masyarakat sekitar atau alumni yang berprofesi sebagai wirausahawan) dalam mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menjadi narasumber dalam proses pembelajaran. Pembelajarannya saya beri nama BTW (Bincang Tentang Wirausaha)

Materi pada modul 1.1 (Pemikiran Filosofis KHD)  menuntun saya untuk menciptakan suasana yang menyenangkan saat belajar. Kodrat anak, ya bermain. Menjadikan ruang kelas sebagai taman bermain. Melalui BTW saya mencoba untu menciptakan suasana pembelajaran yang “berbeda”. Saya selipkan juga beberapa kuis berhadiah di sela-sela diskusi agar siswa lebih bersemangat belajarnya.

Kegiatan kolaborasi pembelajaran bersama narasumber dari masyarakat sekitar ini (BTW) secara tidak langsung memperkuat nilai dan peran saya sebagai CGP (Modul 1.2). Peran yang dikuatan adalah menggerakkan dan mendorong kolaborasi natar komunitas praktisi. Nilai CGP yang dikuatkan adalah nilai kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Ide melaksanakan BTW ini berasal dari materi yang saya peroleh pada Modul 1.3 Visi guru penggerak. Visi yang saya rumuskan waktu itu adalah “Terwujudnya Siswa yang Merdeka dalam Ekosistem Pembelajaran yang Berpihak pada Siswa”. Dengan peradigma inkuiri apresiatif dan tahapan Bagja, saya mencoba untuk mengoptimalkan kekuatan sumber daya manusia di sekitar sekolah untuk berkontribusi dalam pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka BTW ini akan lebih banyak diisi dengan diskusi bersama narasumber. Saat diskusi, tentunya siswa akan dituntun untuk menciptakan budaya positif (Modul 1.4) dengan menunjukkan etika berkomunikasi yang baik dan  disiplin memasuki room meeting misalnya.

Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk BTW ini merupakan salah satu pembelajaran berdiferensiasi konten dan proses (Modul 2.1). Kontennya tidak sekedar tes, video, atupun audio, tetapi lebih sempurna dari itu, wirausahawannya langsung yang menjadi konten. Prosesnyapun tidak hanya membaca materi dan menjawab soal, tetapi juga berinteraksi dengan nara sumber.

Mengawali kegiatan BTW, sebagai guru saya mencoba untuk memprakktekkan teknok STOP agar siswa berada dalam kondisi mindfullness (Modul 2.2) dalam pembelajaran nantinya. Sangat penting bagi siswa untuk menyadari emosinya, menyadari kondisinya saat mengikuti pembelajaran. Tak lupa saya  menyelipkan motivasi-motivasi untuk memperkuat kompetensi sosial emosional siswa.

Bonus dari kegiatan BTW ini adalah siswa berkesempatan untuk di coaching  (Modul 2.3) oleh narasumber. Narasumber dapat menuntun siswa untu mengenali potensi dirinya dan memberikan gambaran beberapa usaha yang mungkin dapat dikembangkan kedepannya sesuai dengan potensi siswa tersebut.

Dalam merancang ataupun melaksanakan kegiatan ini, tentu ada banyak kendala dan dilema yang dihadapi. Misalnya apakah bapak Kepala Sekolah akan mengijinkannya? Bagiamana jika ada siswa yang ingin sekali bergabung tetapi terbatas kuota?  Semua dilema tersebut  akan coba saya atasi dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan jika menghadapi situasi yang menuntut saya untuk mengambil keputusan (Modul 3.1).

Demikianlah bagaimana materi-materi yang ada pada modul PGP ini membantu saya untuk menjadi pribadi yang lebih matang, guru yang lebih berpihak pada murid. Saya sangat bersyukur bisa mengisi diri dengan iut bergabung pada kegiatan ini.        

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mengikuti pelatihan ini saya cenderung berpikir berbasis masalah, bebbasis kekurangan dengan selalu mencari apa yang salah dan apa yang kurang sampai lupa pada potensi yang ada. Modul ini kemudian menuntun saya untuk berpikir pisitif. Buan berarti mengabaikan masalah atau kekuranagn tetapi lebih fokus pada kekuatan sehingga menjadikan masalah dan kekurangan itu tidak relevan lagi.

Contohnya, ketika ada siswa yang cerewet, maka kita harus mencoba untuk melepas stigma negatif pada kata cerewet tersebut dengan berpikir bahwa orang yang cerewet itu kritis dan ekspresif. Bukankah berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman milenial sekarang ini? Agar mereka tidak mudah terjerumus dalam informasi hoax.

Hal lain yang berubah (bertambah) adalah wawasan saya tentang lingkungan di sekitar sekolah. Potensi sumber daya yang ada di sekitar sekolah. Banyak hal baru yang saya temui dan banyak strategi baru terkait optimalisasi sumber daya tersebut dalam pembelajaran, yang saya peroleh dari hasil diskusi bersama rekan-rekan CGP, Fasilitator dan Pengajar Praktek.

                                                                                                    CGP Angkatan 3 Kabupaten Klungkung

                                                                                                    Ni Wayan Rina Lestari

koneksi antar materi 3.2

 Tujuan Pembelajaran Khusus:  

  1. CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.
  2. CGP mampu membuat rencana perubahan secara rinci dengan menggunakan format BAGJA.

Penugasan Mandiri:

a. Sintesis berbagai materi

  • Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda diberikan tantangan untuk membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.
  • Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.  
  • Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  
  • Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.
  • Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
  • Komunikasikan hasil kesimpulan Anda dengan cara apapun yang bisa Anda pilih sendiri. Unggahlah bagan atau artikel ini sesuai petunjuk dibagian bawah.

b. Rancangan tindakan

  • Buatlah rencana kecil perubahan yang akan Anda lakukan pada diri Anda yang berkaitan dengan materi dalam modul ini dan mengimplementasikan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. 
  • Lakukan perubahan kecil yang berdampak dalam lingkup kelas Anda.  Di sini Anda akan berlatih membuat rangka perubahan dalam lingkup kelas Anda sendiri sebelum masuk ke lingkup yang lebih besar, yaitu sekolah pada modul selanjutnya.
  • Rencanakan prakarsa yang bisa dipastikan akan Anda laksanakan, dengan jangka waktu yang optimal bagi Anda, dan tentunya Anda dapat mengestimasi apa dampak dari rencana ini bagi murid Anda. 
  • Anda dapat mengingat kembali video yang disaksikan pada sesi Elaborasi Pemahaman sebelumnya.
  • Gunakanlah format BAGJA atau 5 D (Define, Discovery, Dream, Design, Destiny/Deliver) yang sudah dipelajari pada modul 1.3.  Anda dapat mengunggah rencana perubahan kecil ini pada tautan berikut ini.
  • Sebagai pengingat apa itu yang akan Anda gunakan, saksikan video tayangan berikut ini. (video BAGJA Materi Modul 1.3)

Sebagai persiapan melakukan Aksi Nyata tersebut, buatlah rancangan sederhana dengan mengisi bagan berikut: 

PRAKARSA PERUBAHAN
TahapanPertanyaanDaftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define)

  • Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;
  • Menggalang atau membangun koalisi tim perubahan

A-mbil pelajaran (Discover)

  • Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;
  • Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsu.
G-ali mimpi (Dream)

  • Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;
  • Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).
J-abarkan rencana (Design)

  • Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;
  • Menyusun definisi kesuksesan pencapaian
A-tur eksekusi (Deliver)

  • Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;
  • Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksi)

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2

Tak Kenal Maka Tak Sayang

            Memasuki modul 3.2 ini, tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya dituntun untuk lebih mengenali sumber daya yang ada di sekolah ataupun lingkungan di sekitar sekolah yang berpotensi untuk membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas warga sekolah dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pendidikan.

            Sumber daya atau aset yang dimiliki oleh sekolah, dapat dipetakan dalam tujuh kelompok yakni modal manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama & budaya. Ketujuh modal tersebut terdistribusi secara merata di lingkungan internal maupun eksternal sekolah.

Modal Manusia

            Sekolah kami, SMA Negeri 1 Banjarangkan berdiri pada tahun 1992. Di usianya yang tidak lagi muda, 30 tahun saat ini, SMA Negeri 1 Banjarangkan memiliki 887 orang siswa, Kepala Sekolah yang sangat berpengalaman, 4 orang Tim Manajemen (Wakasek) yang mumpuni di bidangnya, serta 52 orang guru yang semangat mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki. Untuk mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran di sekolah, kami memiliki Kasubag TU Tenaga Kependidikan yang dibantu oleh 8 orang staff Tata Usaha. Demi menjada keamanan sekolah, kami didukung oleh 2 orang tenaga keamanan serta 6 orang petugas kebersihan yang berkontribusi dalam menciptakan keasrian dan keindahan sekolah kami. Untu mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran di sekolah, SMA N 1 Banjarangkan memiliki 1 orang pengawaas yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada warga sekolah.

Di luar sekolah, masyarakat sekitar, masyarakat Kabupaten Klungkung yang lebih dikenal dengan Masyarakat Gema Santi (Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif) sangat besar kontribusinya bagi sekolah kami. Bersama masyarakat adat, sekolah kami bersimbiosis mutualisme. Desa adat meminjamkan tanah desa untuk lahan parkir, dan sekolah memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk berjualan di sekolah (kantin), sebagai tenaga kebersihan, tenaga keamanan, dan tenaga honor maupun kontrak sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimiliki. Komunitas orang tua dan wali murid, wirausahawan, serta alumni dapat menjadi teman sekaligus sumber belajar bagi siswa, khususnya orang tua dapat menjadi supervisor proses pembelajaran melalui feedback yang diberikan.

Modal Sosial

SMA Negeri 1 Banjarangkan juga menjalin kerjasama dengan beberapa komunitas seperti Polsek, Koramil, BPBD, Puskesmas, KPU, Sekeha Truna Truni, dan beberapa Sanggar Seni yang selalu bergantian datang atau diundang  ke sekolah untuk mensosialisasikan program-program yang ada di komunitas tersebut. Sehingga siswa menjadi lebih tahu secara riil dunia yang ada di luar sekolah mereka.

SMA Negeri 1 Banjarangkan beralamat di Desa Tusan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.  Sebagai institusi yang berada di wilayah Desa Adat tentu sekolah juga hendanya mematuhi awig-awig yang berlaku. Beberapa peraturan dalam awig-awig juga dapat diadopsi dalam proses pembelajaran dan secara tidak langsung awig-awig ini juga mempengaruhi karater siswa di sekolah. Optimalisasi modal sosial ini dalam pembelajaran dapat menguatkan profil beriman, bertakwa kepada TYME dan berakhlak mulia

Modal Fisik

Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, SMA Negeri 1 Banjarangkan memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang proses pembelajaran.  Ada 19 ruang kelas, Laboratorium IPA, Komputer, dan Bahasa, Kantin, Padmasana, UKS, Ruang Guru, Koperasi, Perpustakan, WC, serta Parkir yang luas. Jaringan listrik, air bersih, sanitasi,  sumur resapan air, serta jaringan internet merupakan komponen ekosistem yang sangat berperan dalam memperlancar pembelajaran.

Lokasinya yang tidak jauh dari Pusat Kota Klungkung, Kota Semarapura, membuat sekolah kami juga merasakan fasilitas perkotaan mulai dari pasar tradisional, pasar seni, pusat pemerintahan, pusat kesehatan, Balai Budaya, Alun-alun kota, Lapangan Umum, GOR, Pelabuhan, Sentra Industri, dan fasilitas lain yang dapat dijadikan sebagai ruang kelas, media, dan sumber belajar bagi siswa kami. Kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga juga lebih banyak dilakukan di fasilitas pendukung tersebut.

Sebagai pusat dari perjuangan rakyat Bali saat melawan penjajah, ada beberapa bangunan  bersejarah dan museum yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah ataupun  mata pelajaran lainnya.  Kerta Gosa, Monumen Klungkung, Goa Jepang, Museum Gunarsa dan Museum Semarajaya yang banyak menyimpan peninggalan sejarah.

Modal Lingkungan

Secara Geografis, SMA Negeri 1 Banjarangkan dikelilingi oleh lahan persawahan. Di sebelah utara, barat, dan timur sekolah kami berupa sawah dan ladang. Jika menjalin kerjasama dengan daerah setempat, maka lahan ini bisa digunakan sebagai media pembelajaran PKWU bagian budidaya ataupun sebagai laboratorium alami dalam pembelajaran Biologi ataupun Kimia. Klub pecinta alam juga bisa memanfaatkan dengan baik potensi ini, misalnya dengan melakukan kegiatan jelajah. Klub karya ilmiah juga bisa menjadikan lahan ini sebagai laboratorium dalam meneliti pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

            Kabupaten Klungkung sendiri merupakan dataran pantai dengan permukaan tanah yang pada umumnya tidak rata, bergelombang, dan sebagian besar berupa bukit terjal dan kering. Mata air dan sungainya mengalir sepanjang tahun. Lingkungan ini merupakan berkah yang luar biasa bagi murid yang tergabung dalam ekstrakurikuler pramuka, fotografi, dan pecinta alam.

            Secara tidak langsung, kondisi geografis tersebut juga mencerminkan kondisi linkungan di “dalam” sekolah kami. Kami masih memiliki pepohonan yang rindang, halam yang luas, dan topografi yang bertingkat memberikan kesan alami pada sekolah kami. Kolam ikan, tanaman toga, tanaman upacara adat, serta tanaman lainnya memberikan oksigen yang berlimpah bagi kami untuk bermindfullness ditambah lagi suara kicauan burung membuat situasi belajar dan ruang pengembangan diri yang nyaman bagi warga sekolah, jauh dari kebisingan  jalan raya.  Lingkungan sekolah seperti ini memantik guru-guru untuk melakukan pembelajaran outdoor. Menjadikan lingkungan sekolah sebagai ruang elas, media, ataupun sumber belajar.

Modal Finansial

            Sekolah kami memiliki seorang tenaga kependidikan fungsional pranata keuangan yang mengelola dana BOS, APBD, dan APBN serta dana masyarakat yang dikumpulkan melalui komite sekolah yang digunakan untuk membiayai pos dana yang belum dapat dibiayai dari dana BOS.

           Dari diagram tersebut, tampak bahwa modal finansial ini sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah. Di SMA Negeri 1 Banjarangkan, pengelolaan modal finansial ini bersifat terbuka. Hal ini sangat penting untuk mempererat rasa kekeluargaan antar warga sekolah.

Modal Politik

            Sebagai bagian dari SMA Negeri 1 Banjarangkan, saya merasa sangat bersyukur karena ada orang tua/wali murid yang berprofesi sebagai kepala desa dan ada rekan sejawat yang terpilih sebagai majelis desa adat. Tentunya hal ini akan mempermudah komunikasi antar sekolah dan desa adat.

            Sekolah kmai juga kerap mengundang Camat Banjarangkan, Muspicam, Bupati, Muspida, Danramil, Dandim, Kapolsek, Kapolres dalam kegiatan perayaan ulang tahun sekolah untu tetap menjalin komuniasi yang baik antar lembaga, tak lupa, sekolah tetangga kami, saudara kami, SMP Negeri 1Banjarangkan juga kerap kami ajak berkolaborasi dalam kegiatan pembelajaran.

            Kepala Dinas Pendidikan serta staffnya, sebagai induk kami di Pemerintahan Provinsi Bali, juga kerap kami undang untuk mengisi workshop terkait dengan sosialisasi kebijakan pemerintah provinsi bali khususnya di bidang pendidikan.

Modal Agama dan Budaya

            Keberadaan sekolah kami dekat dengan Pura Kentel Gumi dam Pura Dalem Kayuputih. Siswa sering diajak untuk ”ngayah” di pura tersebut. Ini tidak lain bertujuan untu menjaga keseimbangan lahir dan bathin. Memperat hubungan kami dengan Tuhan.

            Kabupaten Klungkung pernah menjadi pusat pemerintahan raja-raja di Bali. Tak heran jika masih banyak tradisi dan budaya yang berakar kuat di masyarakat yang tentunya berpengaruh positif terhadap karakter dan keterampilan murid kami. Misalnya tradisi menenun, lukisan klasik kamasan, tarian,  gamelan, dan lain sebagainya. Keberadaanya menguatkan profil berkebhinekaan global dan kreatif pada murid.

            Demikianlah bagaimana saya semakin mengenal sumber daya yang ada di sekolah maupun di daerah, yang dapat menunjang pembelajaran. Semakin saya mengenalinya, semakin saya menyayanginya. Tak kenal maka tak sayang. Kalau sudah ada rasa sayang, tinggal bagaimana sekarang saya menunjukkannya dengan memelihara, mengelola, memberdayakan sumber daya tersebut, serta mengkolaborasikannya satu sama lain, agar menjadi lebih berdaya guna dalam rangka mewujudkan ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

Calon Guru Penggerak dapat menerapkan pemetaan aset yang dimiliki oleh sekolahnya melalui penugasan mandiri.

    Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

    Setelah kita bersama-sama berproses, berlatih melihat, dan mengidentifikasi aset serta kekuatan yang dimiliki oleh daerah bersama rekan lainnya, saatnya kita melihat ke sekolah kita sendiri.  Kekuatan dan aset apa yang kita miliki dari masing-masing sumber daya yang ada.

    Gunakan pertanyaan - pertanyaan di bawah ini untuk membantu mengidentifikasi aset atau kekuatan yang dimiliki.

    • Apa yang kami kuasai?
    • Apa yang paling kami banggakan dari sekolah ini? Dari murid-murid kami?
    • Apa yang membuat kami unik?
    • Kekuatan apa yang kami miliki dan berharga untuk masyarakat/komunitas sekitar?
    • Apa yang telah sekolah lakukan dan miliki yang lebih baik dari orang lain?


    TAGIHAN 

    1. Buatlah pemetaan tujuh kelompok aset – sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.  Hasil pemetaan bisa dalam bentuk apa pun sesuai dengan kreasi masing-masing
    2. Kirimkan file Ms.Word hasil tulisan reflektif maksimal 500 kata  dan unggah hasilnya sesuai petunjuk.

    MEDIA

    Alokasi penyerahan tagihan digital melalui platform seperti petunjuk dibawah ini.


    Petunjuk pengiriman hasil :

    1. Klik tombol 
    2. Klik tombol  atau   yang ada pada kolom File submissions
    3. Setelah muncul kolom File Picker, pilih menu  kemudian 
    4. Klik tombol  kemudian pilih file yang akan diunggah
    5. Klik tombol  untuk mengirimkan file
    6. Setelah file yang dipilih tadi muncul di kolom File submissions, klik tombol 

    Submission status

    Attempt numberThis is attempt 1.
    Submission statusNo attempt
    Grading statusNot graded
    Due dateFriday, 11 March 2022, 11:59 PM
    Time remaining5 days 4 hours
    Grading criteria
    Indikator - Kualitas isi dari hasil pemetaan tujuh aset yang dimiliki sekolah (Bobot 100%)
    Hasil pemetaan ketujuh aset sekolah tidak tergambar jelas, Alur pemikiran tidak mencerminkan pendekatan asset based thinking
    1points
    Hasil pemetaan aset yang dimiliki sekolah belum menggambarkan ketujuh aset secara jelas dan belum sepenuhnya mencerminkan pendekatan asset based thinking
    2points
    Hasil dari pemetaan aset yang dimiliki sekolah menggambarkan tujuh aset yang diminta. Keseluruhan aset yang diminta mulai berorientasi pada pendekatan asset based thinking. Secara umum alur pendekatan dapat dipahami.
    3points
    Hasil pemetaan aset yang dimiliki oleh sekolah menggambarkan tujuh aset yang diminta. Keseluruhan aset yang diminta dielaborasi dengan jelas sehingga mencerminkan pendekatan asset based thinking. Organisasi pengaturan kata serta pemikiran terlihat teratur dan sangat mudah untuk diikuti.